Suara itulah yg setiap hari kudengar. Aku berharap ingin menaiki sepada itu, tapi kondisi fisikku iniah yg membuatku tidak bisa menaiki sepeda itu
"Cika..Cika..."
Suara lembut bunda memanggilku.
"Ya, Bunda...."
"Ayo Cika makan dlu! Sudah siang,Nanti kamu sakit loh!"
"enggak apa² bunda. Cika lgi seru nih..."
"Seru ngapain sih Cika?" Tanya bunda penasaran.
"itu loh bundaa, diluar sana..."
Bunda pun terdiam. Aku merasakan sesuatu seperti yang bunda rasakan, Sedih mendengar ucapanku.
"hm.., yaudah deh kalau Cika lagi seru mendengar suara-suara di luar sana. Bunda makan duluan ya..?
"Tunggu bunda!"
"Kenapa?"
"Aku mau ikut makan siang bersama Bunda!"
"Oh ya, hari ini bunda masak makanan kesukaan kamu..."
"Hmm... pasti nasi goreng?!"
"Betul! wah anak bunda hebat!"
"Bunda, apa benar Cika anak hebat?"
"Iya donk, Cika!"
"Tapi klo Cika hebat, Kenapa Cika enggak bisa melihat?
Cika buta! Begitu kata anak² di luar sana."
Bunda terdiam. Kali ini aku membuat bunda kecewa lagi.
Kata² dari mulutku ini seperti tidak bisa dikendalikan .
Ingin rasanya aku menyesal telah hidup di dunia ini.
"Cika kita ke taman yuk?" Ajak bunda lembut mengalihkan pembicaraan
"Hmm... iya bunda, tapi kita ke tamannya naik sepeda ya bun?"
"hmm OK OK"
"Asyyiikk" Ucap Cika senang
Bunda sungguh perhatian kepadaku, bunda menuntunku naik sepeda. Senangnya hatiku. Meskipun anak² di luar sana ada yg menggunjingku, aku tak menghiraukan.
"Cika, kita sudah sampai di taman. Istirahat dlu yuk?! kamu pasti haus kan?"
" Iya bunda, Cika haus."
Akhirnya aku dan bunda beristirahat di bawah pohon rambutan yg rindang. Kamu membeli minuman.
"Bunda, udaranya sejuk banget ya?"
"Iya... disini memang udaranya sejuk banget! Kamu suka, kan?"
"Suka banget bunda. Kapan² kita ke sini lagi ya bunda? Ternyata udara di dunia luar seperti ini ya bunda?"
"Iya, kamu sekarang sudah gk takut ke luar rumah lagi kan?"
"Enggak donk bunda. Udaranya sejuk bedini, apa lgi pemandangannya. Andai saja Cika bisa melihat .... "
"Cika, kita naik sepeda lagi yuk?!"
Aku terdiam sejenak. Kali ini bunda mengalihkan pembicaraanku lagi.
"Hmm ... ii ... iii... ya, bunda!"
"Kamu kenapa, Cika?"
"Hehehe ... GPP kok,Bun!
Tiba² ada ibu² yang agak mengagetkan berdua
Dan ibu tersebut bertanya kepada mereka
" Bu, Kok anaknya sudah besar, naik sepedanya masih dipegangin?" tanya seorang ibu yg kebetulan ada di taman
"Hm..." (Bunda terdiam)
"Maaf Bu,! aku tidak bisa melihat!"
"Ups.. maaf ya dik, ibu enggak tahu. Kamu sekolah? Kelas berapa?
" Kelas 2 SD."
"Oh.. sama donk, sama anak saya *hahahah yaiyalah masak sama kucing? -_-*
saya permisi dulu ya. sekali lagi saya minta maaf"
" enggak usah minta maaf kok bu, memang kenyataannya aku enggak bisa melihat. Jadi wajar saja, klo aku naik sepeda masih di peganggi sama bunda."
Ibu tadi pun pergi...
"Bunda aku boleh gk coba naik sepeda ini sendiri?"
Bunda terdiam,Tapi sepertinya bunda sedih mendengar perkataan ibu tadi.
"Bunda? Bunda sedih ya?"
"Enggak, kok Cika. Bunda enggak sedih. Bunda sayang Cika."
" Terima kasih, Bunda!"
"Walaupun kamu tidak bisa melihat dengan kedua mata kamu, Bunda yakin kamu bisa melihat dengan mata hatimu."
Akhirnya aku melanjutkan belajar naik sepeda.
Kali ini aku mencoba menaiki sepeda itu sendiri.
"Hati² ya Cika. bunda menjaga kamu dari sini."
"Iya bunda!"
Kata² bunda selalu membesarkanku. Aku yakin aku bisa seperti anak² lain yg bisa melihat
"Hahahaha ... eh ada anak buta naik sepeda! Awas jatuh! "
"Iya hahahaha......Paling kalau jatuh teriaknya MAAAAMMMMIIII!!!!"
"Hahahaha..."
Hiraukan suara itu Cika! Hiraukan! Ucapku dalam hati.
Tetapi nihil.. ya!, konsentrasiku buyar. Aku tak lagi bisa mengendalikan sepedaku. Sepedaku menabrak sebuah tembok. Aku pun terjatuh .
Anak² itu mentertawakanku. Bunda berlari meghampiriku.
"Kamu gppkan Cika?!" tanya bunda kawatir
"Enggak apa² kok bunda. Bunda, kita pulang saja yuk?!"
"Hmm.. Cika benar² ingin pulang?"
"Ya, Bunda Cika mau pulang, Cika capek."
Sesampai kami dirumah..
" Bunda..,, Cika boleh tanya sesuatu enggak???"
==bersambung==
EmoticonEmoticon